Keindahan Ahklak Santri di Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah lama berdiri dan menjadi pencetak kader-kader penerus bangsa. Ada banyak pondok pesantren yang tersebar di bumi Nusantara, baik itu pondok yang berbasis salaf, modern, atau menggabungkan keduanya.

Di pondok pesantren, para santri diajarkan untuk disiplin dalam membagi waktu dan mandiri dalam hidup. Setiap pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Ada yang fokus pada kajian ilmu agama, ada juga pondok yang mengutamakan tirakat. 

Akan tetapi dari semua hal yang terdapat di pondok pesantren, hal yang paling menonjol adalah keindahan akhlak dan tata krama para santri. Banyak sekali  akhlak terpuji yang ditunjukkan oleh santri, baik itu terhadap Kyai, orang tua, maupun orang lain. Salah satunya adalah ketika melihat Kyai, maka semua santri akan diam dan menunduk, sebagai wujud ta'dhim.

Tidak hanya itu, ketika sedang mengaji, tanpa diperintah, santri sudah membuatkan minuman untuk Kyai. Dan setelah pengajian ataupun mengaji, para santri berebut minuman yang diminum oleh Kyai karena ingin mengambil berkah dari Kyai tersebut.

Akhlak yang lain adalah, para santri di pondok pesantren sering memanggil orang yang lebih tua atau orang yang tidak dikenal dengan sebutan “kang". Itu adalah bentuk hormat mereka terhadap orang yang memiliki ilmu.

Ada beberapa faktor yang membuat para santri memilki adab yang baik dan juga sopan santun. Di antaranya adalah santri hidup di lingkungan yang diisi oleh orang-orang baik. Selain itu, santri juga mengaji dengan Kyai mengenai adab.

Ada beberapa kitab yang sering dipakai sebagai rujukan dalam belajar akhlak dan adab, antara lain: Kitab Ta’limul Muta’alim karangan Syaikh Az-zarnuji, kitab Adabul ’Alim wal Muta’alim karangan KH.Hasyim Asyari dan kitab Ngudi Susilo karangan KH. Bisri Musthofa.

Dengan bimbingan dan teladan dari Kyai, santri tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan saja, tetapi juga memiliki akhlak yang terpuji. []

Penulis: Faza Fauzurrochim dan Fahrul Nuzulul Huda  

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.